Ada perbedaan pendapat di kalangan ulama tentang puasa hari Arafah bagi orang yang tidak melaksanakan haji, apakah dilaksanakan
(1) tepat pada hari dimana jamaah haji sedang wuquf, ataukah
(2) pada tanggal 9 Dzulhijjah sesuai dengan wilayah masing-masing.
Saya menghargai perbedaan pendapat tersebut, namun secara pribadi sekarang ini saya berpendapat sesuai dengan pendapat (1), yaitu kita berpuasa Arafah pada saat jamaah haji sedang wuquf di Arafah tanggal 9 Dzulhijjah menurut ketetapan Pemerintah Saudi Arabia.
Salah satu alasan menarik adalah sebagai berikut. Wuquf di Arafah dilaksanakan mulai Zhuhur hingga Maghrib. Untuk mudahnya pukul 12 – 18 Local Time (LT) atau Waktu lokal Saudi. Waktu lokal Saudi LT = UT atau GMT + 3. Jadi wuquf mulai pukul 9 – 15 GMT. Sementara puasa dimulai sejak Subuh hingga Maghrib, untuk mudahnya sekitar pukul 4 – 18 LT di masing-masing tempat.
Ternyata, mayoritas umat Islam di seluruh dunia jika berpuasa pada hari tepat wuquf berlangsung, maka sebagian waktu puasa mereka pada saat yang sama setidaknya akan beririsan pada sebagian waktu wuquf.
Misalnya di Indonesia Barat (GMT + 7) dan Tengah (GMT + 8), waktu puasa berarti sejak pukul -3 sd 11 GMT (Indonesia Barat) dan -4 sd 10 GMT (Indonesia Tengah). Artinya menjelang akhir puasa masih beririsan dengan awal wuquf. Demikian juga dengan ummat Islam di ASEAN, China dan Korea, saat mereka hendak menyelesaikan puasa menjelang maghrib, jamaah haji mulai melaksanakan wuquf. Saat selesai puasa, jamaah haji masih wuquf.
Ummat Islam di India, Pakistan, negara-negara Asia Tengah, saat mereka sedang melaksanakan puasa sekitar jam 2 siang waktu setempat, jamaah haji mulai melaksanaakan wuquf. Saat selesai puasa, jamaah haji masih wuquf.
Ummat Islam di Timur Tengah yang waktu lokalnya kira-kira sama dengan waktu lokal di Saudi, sudah tentu saat pertengahan hingga akhir puasa bersamaan dengan mulai dan selesainya wuquf.
Ummat Islam di Afrika dan Eropa, saat wuquf mulai dan selesai, mereka masih berpuasa.
Bagaimana dengan ummat Islam di Amerika? Kita ambil daratan Amerika yang paling barat yaitu di San Francisco. Kebetulan saya pernah sholat Zhuhur di salah satu masjid di sana. Di San Francisco (waktu lokal = GMT – 7 atau GMT = waktu lokal + 7), puasa berarti kira-kira berlangsung mulai pukul 11 hingga 25 GMT. Jika dibandingkan dengan wuquf mulai 9 – 15 GMT, itu artinya saat mereka mulai puasa, wuquf sedang berlangsung. Saat wuquf selesai mereka baru berpuasa sekitar 4 jam.
Dari sini bisa diambil benang merah bahwa hikmah ibadah wuquf sejak Zhuhur hingga Maghrib menurut waktu lokal Arab Saudi adalah memungkinkan mayoritas ummat Islam di seluruh dunia untuk berpuasa dengan waktu yang beririsan / bertepatan saat jamaah haji sedang wuquf. Memang ada wilayah lain seperti Indonesia Timur, Jepang, Australia dan Selandia Baru serta Hawai yang waktu puasanya sejak awal hingga akhir tidak beririsan dengan waktu wuquf, tetapi mayoritas di seluruh dunia tetap masih beririsan.
Menjadi pemandangan yang indah dan solidaritas serta persaudaaran yang kuat di antara ummat Islam di seluruh dunia, ketika jamaah haji sedang wuquf di Arafah, maka ummat Islam di seluruh belahan dunia sama-sama melaksanakan puasa Arafah.
Dari sini pula saya mencoba mengusulkan suatu kriteria kalender Islam global, yaitu kalender Islam dimana seluruh dunia “dipaksa” untuk merayakan tanggal 9 Dzuhijjah pada hari dan tanggal Masehi yang sama. Mungkin untuk bulan-bulan Islam yang lain di belahan bumi yang lain boleh berbeda, tetapi khusus untuk bulan Dzulhijjah seluruh dunia harus sama, dan disini bisa dipilih tanggal 1 Dzulhijjah menurut ketetapan Pemerintah Arab Saudi selaku otoritas yang menetapkan kapan wuquf 9 Dzulhijjah terjadi.